Rabu, 30 September 2015

LOVE IS SIMPLE PART.02 – Kencan Pertama~Dia Tidak Menyukaiku!!

Dluri





“Selamat pagi, cantik!” Aku mendengar sapaan yang membuat jantungku senam di pagi buta. Bahkan sebelum aku bisa melihat wajah Nichkhun Oppa dengan jelas, aku dengan siaga menarik jarak satu meter dari Oppa yang entah sejak kapan berbaring disebelahku.

“Apa yang Oppa lakukan di kamarku?” tuduhku langsung, dan meskipun aku bisa merasakan pakaian yang menempel ditubuhku, aku masih menggunakan selimut untuk menutup tubuhku lebih rapat.
“Tempat ini terlihat seperti kamarmu, ya?” Oppa benar-benar tertawa lepas.
Aku menatap tempat sekelilingku dengan pandangan yang masih buram, dan dalam seketika wajahku berubah merah seluruhnya. Ternyata aku tidak sedang berada dikamarku sendiri, tapi di kamar cadangan yang biasa digunakan Oppa tidur ketika dia harus lembur di warnet.
“Apa semalam aku ketiduran setelah makan?” Aku mencoba mengingat-ingat. Tapi ingatan yang berhasil kuingatkan justru kenangan yang menyedihkan, saat aku menangis sendirian dibalik bilik agar tidak terlihat oleh Oppa.
“Mungkin.” Jawab Oppa pendek.
Binar tawa masih tersisa di matanya, dan itu terlihat indah. Sungguh pemandangan yang menyenangkan dipagi hari. Tapi…
“Aku menemukan kamu tertidur dibilik pojok. Melihat wajah kacaumu sepertinya kamu tertidur pulas setelah puas menangis sebelumnya.”
“Tidak mungkin.” Aku menyapu rambut pagiku dengan jari. Memangnya sekacau apa sih wajahku? “Lalu kenapa Oppa tidak membangunkanku?”
“Memangnya kamu mudah untuk dibangunkan? Dilihat dari bobot juga tidak mungkin untuk digendong.”
Heol. Dia benar.
“Jadi aku ikut tidur disini untuk menjagamu.”
“Apa?” tanyaku terkejut. “Oppa tidur dimana?”
“Tentu saja disebelahmu, memangnya ada tempat lain lagi?” Aku ternganga mendengar jawaban itu. “Rasanya tubuhku memar-memar karena tangan usilmu…” Oppa berlalu pergi sambil menguap, meninggalkan aku dan otakku yang kosong.
“Oppa kan bisa tidur di bilik!!” Aku mengejar keluar dengan kesal, meskipun sebenarnya perasaan senang lebih mendominan hatiku. Coba kalau semalam aku tidak terlalu pulas.
“Teganyaaa… Untuk mengangkatmu ke kamar itu saja sudah membuat punggungku sakit.” Oppa masih saja mengelak, dan sekarang aku hampir tidak bisa mempertahankan wajah kesalku.
“Tapi—”
“Eunjung!!!” sebuah teriakan meledak dari arah pintu.
Omo!! Eomma?? Secara reflek aku bersembunyi dibalik punggung Oppa.
“Pagi, Eommonim.” Oppa menyapa dengan senyum hangat, tapi bukan tanggapan baik yang dia terima. Eomma justru terlihat kesal karena dipanggil Eommonim oleh orang tidak dia suka.
“Apa kalian berdua tidur disini?” hardik Eomma langsung.
“Tentu saja tidak. Eunjung tidur di kamar pegawai dan saya tidur di bilik.” Oppa mengedip padaku saat dia menoleh kebelakang.
Heol. Jadi dia hanya bercanda saat bilang dia semalam tidur disebelahku? Huh—baiknya…
 Melihat matanya yang masih curiga sepertinya Eomma akan meluncurkan pertanyaan lagi, tapi ternyata tidak.
“Ayo pulang!” ajak Eomma langsung. “Kamu tau ini jam berapa?”
“Masih subuh, kan?” Aku menoleh ke jendela sambil meringis. Oppa jinja...
Aku pasrah saat Eomma menarik tanganku keluar bersamanya. Tapi baru mencapai pintu tiba-tiba dia memutar tubuhnya kembali.
“Apa disini ada kamar mandi?” Dia bertanya pada Oppa yang baru saja mengulat lagi.
“O—ada!” jawab Oppa.
“Eomma mau ritual perut dulu?” aku bertanya dengan rasa penasaran 0,1%.
“Ritual apa? Kamu itu yang harus ritual dulu. Kamu mandi sekalian disini, sana!”
“Lho kok?” Aku bingung. Oppa terlihat sama bingungnya denganku. Tapi toh akhirnya aku menurut juga. Anggap saja ini kesempatan untuk bisa tampil seksi didepan Oppa. Dia mungkin akan terpesona melihat betapa cantiknya aku ketika aku baru selesai mandi.
Aku menghabiskan waktu hampir setengah jam sendiri untuk mandi dan keramas. Bahkan warnet yang tadinya tutup sudah terisi oleh beberapa pelanggan saat aku kembali menghampiri Eomma yang sepertinya baru saja berbicara dengan Oppa.
“Sudah?” Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan Eomma.
“Eunjung-ah, fighting!” Oppa tiba-tiba memberi semangat.
“Apa?” aku malah bingung.
“Eunjung, ayo!” Eomma yang tadinya sudah tiba di depan kembali lagi untuk menyeretku pergi bersamanya.
….
“Mobil siapa itu?” Aku bertanya saat melihat sebuah mobil yang masih terlihat baru terparkir di depan rumah kami. “Apa itu mobil baru untukku?”
“Mobil baru apa?” Eomma menjawab dengan sedikit ketus. Sisa emosi semalam, mungkin. “Itu mobil tamu.”
“Tamu siapa?”
“Tamu untuk kamu.”
Langkahku seketika terhenti. “Eomma sudah dapat lagi? Secepat itukah?”
“Dia orang yang sama, yang kemarin datang kesini. Sepertinya dia benar-benar serius ingin dekat dengan kamu.” Kalimat terakhirnya terdengar jelas sekali kalau Eomma sangat senang. Tapi aku?? Aku bisa saja melakukannya, karena dengan kaki-kaki kecilnya Eomma tidak mungkin bisa mengejarku. Tapi apa yang Oppa katakan semalam membuat niatku urung. Setidaknya temui orang itu dulu! Aku menyemangati diriku sendiri. Karena alasan inikah Oppa tadi menyemangatiku? Dia benar-benar pria yang tidak peka.
“Itu dia anaknya…”Suara Appa terdengar dari ruang tamu begitu aku dan Eomma masuk ke rumah.
“Dia orang yang Eomma bawa kemarin?? Wuah… Daebak!” aku tidak bisa menahan pekikan kagumku saat pertama kali melihat wajah orang yang akan dijodohkan denganku.
“Dia keren, kan?” Eomma terlihat bangga dengan hasil searcingnya. “Kamu sih, mata sehat Cuma buat melihat Nichkhun saja!”
“Heol.” Aku mengikuti Eomma mendekat ke ruang tamu. Tapi Eomma memang benar. Orang itu lebih terlihat seperti anggota boyband atau atlet dari pada pengusaha. Dia benar-benar kriteriaku. Mungkin setelah ini aku bisa mengucapkan selamat tinggal pada Nichkhun Oppa.
“Chansung-ssi. Perkenalkan, ini Eunjung.”
“Dia sangat cantik.” Dia berkomentar.
 Dasar pembohong. Tapi aku suka. Aku menyambut uluran tangannya yang terasa dingin.
“Kalian mungkin ingin melanjutkannya berdua diluar.” Appa terlihat ingin bertepuk tangan karena girang.
“Eunjung, ganti baju dulu sana!”
Aku menurut tanpa protes. Tanpa membutuhkan waktu lama, aku mengganti kaosku dengan dress cantik yang dengan ajaibnya sudah disiapkan Eomma untuk kencan, dan juga memoleskan sedikit make up ke wajahku.
“Kalau begitu kami permisi.” Chansung-ssi berpamitan dengan sopan. Dia bahkan membukakan pintu mobilnya untukku, dan mobil mulai melaju dengan perlahan.
Tidak ada yang berbicara di dalam mobil. Bahkan music suara music pun tidak ada. Benar-benar membosankan. Tapi untungnya dia tidak mengajak pergi terlalu jauh, dan dengan sengaja berhenti di restoran keluarga yang sebenarnya cukup dekat dengan tempat kerjaku. Dia pasti juga tidak tahan dengan siatuasi kosong tadi tapi tidak tau bagaimana cara mengatasinya. Haruskah aku bertindak lebih dulu sebagai wanita pemimpin? Tapi tidak. Aku harus belajar untuk bersabar juga. Meskipun sebenarnya menurutku kencan pertama ini terlalu kuno.
“Anda ingin memesan apa?” akhirnya aku juga yang memulai duluan. Payah.
“Langsung ingin makan?” Dia melontarkan pertanyaan yang membuatku terkejut, dan dia juga langsung menggunakan bahasa non-formal.
“Maksudnya?” Aku mencoba mengimbangi meskipun terasa aneh.  Okey, dia toh terlihat hampir seumuran denganku. “Ini kan restoran. Apa kita bisa melakukan kegiatan lain selain makan?” Heol. Dia hanya tersenyum sedikit, dan akhirnya hanya aku yang memesan makanan. Sementara dia hanya duduk di depanku sambil terus membandingkan wajah asliku dengan fotoku yang entah kapan dia terima dari Eomma.
“Sudah kuduga, kamu tidak secantik di foto yang aku dapat dari Eomma-mu.” Aku tersedak oleh makananku karena terkejut dengan kritikannya yang tiba-tiba.
“Maaf jika foto itu membuatmu kecewa.” Aku berusaha untuk tetap tenang, meskipun tanganku yang memegang sendok sudah terasa kaku. “Tidak perlu ada pertemuan yang kedua kalau memang itu mengganggu.”
“Aku tidak mengatakan kalau aku tidak ingin berkencan denganmu.” Dia mencondongkan tubuhnya kedepan, dan membuat dirinya terlihat keren. Oke, dia memang terlihat semakin keren! Tapi dia juga mulai membuatku kesal dengan setiap kata-kata yang dia lontarkan, termasuk kebohongan di awal tadi. “Aku hanya ingin menegaskan kalau aku tidak menyukaimu.”
Heol. Dia tidak perlu menegaskan dengan begitu jelas juga. Aku mengambil piring lain dengan suara berisik yang semoga mengganggunya.
Dia tertawa. Dan meskipun dia terlihat semakin tampan saat tertawa seperti itu, tanganku nyaris hilang kendali karenanya. Tidak bisa dipercaya, dia hanya menjadi kriteriaku selama kurang dari setengah jam, dan sekarang aku benar-benar tidak menyukainya.
“Apa kamu berharap aku akan langsung jatuh cinta padamu di kencan pertama seperti ini?” Dia masih tertawa, dan itu menyebalkan. “Maaf saja kalau aku sudah membuatmu jatuh cinta lebih dulu, Eunjung-ssi.”
“Gila.” Aku mendorong kursi kebelakang dengan kasar dan berniat untuk langsung meninggalkan tempat itu. Tapi pria menyebalkan itu menahan lenganku dengan kuat.
“Tunggu dulu. Bukankah ini kencan pertama kita? Apa kamu akan pergi begitu saja seperti ini?”
“Aku tidak mau berkencan dengan psikopat sepertimu!” balasku kasar.
“Apa kamu tidak tertarik dengan alasan kenapa aku masih ingin berkencan denganmu meskipun aku tidak menyukaimu?”
“Tidak perlu. Aku bisa menebak sendiri alasan lainnya itu apa.” Dia terlihat terkejut mendengar jawabanku, dan akhirnya menyerah untuk menahanku.
“Apa kamu pikir aku akan menyerah begitu saja dengan perjodohan ini?” kata-katanya kembali menahanku. “Semua keluargamu sudah setuju dengan perjodohan kita, dan aku tinggal memastikan kamu tidak akan mengacaukannya.”
“Lakukan saja kalau kamu bisa.” Aku tidak peduli.
“Mungkin kamu perlu tau. Aku benar-benar serius dengan perjodohan ini, dan aku akan memastikan kalau aku akan mendapatkan apa yang aku butuhkan dari keluargamu.”
Aku terkejut mendengar ucapannya yang mengerikan itu. Dia benar-benar pria jahat. Psikopat. Menyebalkan. Aku mungkin akan segera menemukan umpatan baru untuknya. Aku melangkah pergi dengan kesal.
“Pria yang bekerja denganmu di warnet itu…” suaranya terdengar lagi, dan hal yang sama membuat jantungku berdegup lebih cepat kali ini. “Kamu menyukai pria yang sudah memiliki pacar itu, kan?”
Tidak mungkin dia bisa mengetahui hal itu secepat ini. Aku mulai merasa takut. Dia tidak sedang bermain-main.
“Eunjung-ssi.” Aku memutar tubuhku sekali lagi, dan menatap langsung kedalam matanya. “ Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku.”
Preview Next Part :
“Aku pernah mendengar alasan yang sama dari wanita yang dulu ku kenal. Kata-kata seperti ‘Aku akan melakukan apapun untuk tetap bisa bersamamu, meskipun hal itu menyakitiku’.”  Aku melihat sesuatu yang berbeda terpancar dari mata Chansung. “Aku benci alasan bodoh itu.”
PART 3 : Masa Lalu Chansung

Dluri / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Templatelib